ideideal.com

Kenapa Orang Salah Paham Tentang Analogi ?

Kenapa Orang Salah Paham Tentang Analogi ? – Ada hal menarik yang sering bikin keos di kolom komentar: analogi. Kamu pasti pernah kan lihat perdebatan di media sosial yang tadinya soal satu hal, malah melebar ke topik lain gara-gara salah paham soal analogi? Misalnya, orang bilang, “Analogi lu nggak Apple to Apple, Bang!” Tapi setelah dicek, ternyata itu bahkan bukan analogi sama sekali. Jadi, yuk kita bahas apa itu analogi, kenapa sering disalahpahami, dan gimana cara pakainya yang benar.

Apa Itu Analogi? Yuk, Kita Bongkar!

Menurut KBBI, analogi adalah kesamaan atau persesuaian antara dua hal yang berbeda. Tapi dalam konteks logika dan argumen, yang dilihat bukan sekadar kesamaan permukaan, melainkan kesamaan hubungan antar variabel dalam dua kasus berbeda.

Misalnya, kalau kamu pernah ikut tes logika, mungkin pernah nemu soal kayak gini:

Kursi : Kayu = Baju : ?

Jawabannya adalah katun. Kenapa? Karena hubungan antar variabelnya sama: kursi terbuat dari kayu, dan baju terbuat dari katun. Jadi, analogi itu sebenarnya tentang menemukan pola hubungan yang sama, bukan cuma nyari hal yang mirip-mirip aja.

Kenapa Kita Pakai Analogi?

Analogi itu kayak jembatan. Kalau topik yang kita bahas terlalu rumit atau abstrak, kita bisa bikin jembatan ke sesuatu yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Contohnya, kalau kita lagi ngomongin aturan wajib pakai helm, kita bisa bilang:

“Pakai helm itu nggak mencegah kecelakaan, tapi bisa ngurangin risiko cedera kalau kecelakaan terjadi. Sama kayak payung. Payung nggak mencegah hujan, tapi bikin kita nggak basah.”

Di sini, hubungan antar variabelnya jelas: helm/payung nggak mencegah kecelakaan/hujan, tapi mengurangi dampak buruknya. Dengan analogi ini, orang jadi lebih gampang paham tanpa perlu penjelasan panjang lebar.

Yang Sering Disalahpahami Soal Analogi

1. Fokusnya Malah Salah

Kadang, orang lebih sibuk debat soal analoginya daripada poin yang sebenarnya. Misalnya, dari contoh tadi, ada yang komen:

“Tapi payung kan nggak bisa melindungi dari cipratan ban motor.”

Well, itu nggak relevan, karena poin utamanya adalah soal helm dan kecelakaan, bukan payung dan hujan. Jadi, inget ya, analogi itu cuma alat bantu, bukan inti dari argumennya.

2. Analogi vs Contoh Konsep

Banyak yang salah kaprah antara analogi dan contoh penerapan konsep. Misalnya, waktu ada yang jelasin soal hukum supply-demand:

“Kalau suplai cabai banyak, tapi demand-nya rendah, harga cabai bakal turun. Sebaliknya, kalau tiket pesawat lagi sedikit, tapi demand tinggi, harga naik.”

Ini bukan analogi, tapi contoh penerapan konsep supply-demand di dunia nyata. Jadi, jangan bilang, “Analogi cabainya nggak masuk akal,” karena ini bukan analogi sama sekali.

3. Analogi vs Metafora

Metafora juga sering disama-samain dengan analogi, padahal beda. Contohnya:

“Rani adalah jantung perusahaan.”

Apakah ini artinya Rani berbentuk jantung yang nyut-nyutan? Tentu nggak. Ini metafora, yang artinya Rani adalah elemen penting bagi perusahaan, kayak jantung buat tubuh. Berbeda dengan analogi, metafora nggak menunjukkan hubungan antar variabel di dua kasus berbeda.

Apa Itu “Nggak Apple to Apple”?

Komen “nggak Apple to Apple” sering muncul di perdebatan online. Tapi, banyak yang salah kaprah soal artinya. Sebenarnya, “nggak Apple to Apple” itu berarti hubungan antar variabel di dua kasus yang dibandingkan nggak sama.

Contoh:

“Pakai helm itu kayak makan sayur. Helm mencegah cedera, makan sayur mencegah sakit.”

Ini nggak Apple to Apple karena hubungan antar variabelnya beda. Helm mencegah dampak dari sesuatu yang lain (cedera akibat kecelakaan), sedangkan makan sayur mencegah sakit itu sendiri. Jadi, perbandingannya nggak nyambung.

Tips Menggunakan Analogi

  1. Pastikan Hubungan Antar Variabel Sama Sebelum pakai analogi, cek dulu apakah hubungan antar variabel di kedua kasus itu sama. Kalau nggak, mending cari analogi lain.
  2. Jangan Jadikan Analogi Inti Argumen Ingat, analogi cuma alat bantu. Fokus utama tetap ada di poin yang kamu bahas, bukan di analoginya.
  3. Hindari Analogi yang Bikin Bingung Kalau analogi kamu malah bikin orang salah paham atau debat soal hal yang nggak relevan, lebih baik hindari.

Penutup

Analogi itu powerful kalau dipakai dengan benar. Dia bisa bikin argumen kamu lebih jelas dan relatable. Tapi, salah sedikit aja, bisa bikin diskusi jadi chaos. Jadi, pastikan kamu paham konsepnya, bedakan dengan metafora atau contoh konsep, dan gunakan analogi sesuai konteks. Dengan begitu, kamu bisa beropini atau berargumen dengan lebih efektif. Selamat mencoba, dan semoga kolom komentar kamu bebas dari drama “nggak Apple to Apple”!


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *